Senin, 28 Desember 2015

MOVIE REVIEW - NGENEST : KADANG HIDUP PERLU DITERTAWAKAN (2015)



Produser    : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Sutradara   : Ernest Prakasa
Penulis       : Ernest Prakasa
Pemain       : Ernest Prakasa ,Lala Karmela ,Morgan Oey ,Kevin Anggara,Brandon Salim



SINOPSIS

Ernest (Kevin Anggara/Ernest Prakasa) tidak pernah memilih bagaimana ia dilahirkan. Tapi nasib menentukan, ia terlahir di sebuah keluarga Cina. Tumbuh besar di masa Orde Baru dimana diskriminasi terhadap etnis Cina masih begitu kental. Bullying menjadi makanan sehari-hari. Ia pun berupaya untuk berbaur dengan teman-teman pribuminya, meski ditentang oleh sahabat karibnya, Patrick (Brandon Salim/Morgan Oey). Sayangnya berbagai upaya yang ia lakukan tidak juga berhasil, hingga Ernest sampai pada kesimpulan bahwa cara terbaik untuk bisa membaur dengan sempurna adalah dengan menikahi seorang perempuan pribumi.

Ketika kuliah di Bandung, Ernest berkenalan dengan Meira (Lala Karmela). Meski melalui tentangan dari Papa Meira (Budi Dalton), tapi akhirnya mereka berpacaran. Dan kemudian menikah, dengan adat Cina demi membahagiakan Papa dan Mama Ernest (Ferry Salim dan Olga Lidya)


Berhasil menikah dengan perempuan pribumi ternyata tidak menyelesaikan pergumulan Ernest. Ia mulai dirundung ketakutan, bagaimana jika kelak anaknya terlahir dengan penampilan fisik persis dirinya? Lalu harus mengalami derita bullying persis dirinya? Ketakutan ini membuat Ernest menunda-nunda untuk memiliki anak. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Simak selengkapnya di NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan 


REVIEW 

Kharisma Starvision kembali dengan film bergenre komedi yang didaptasi dari buku dengan judul yang sama sebagai film penutup tahun 2015. Ernest Prakasa yang merupakan jebolan Stand Up Comedy Indonesia yang berhasil menjadi juara tiga diajang para komik yang pernah diadakan salah satu tv swasta, dipercaya untuk menjadi penulis naskah cerita , sutradara serta merangkap sebagai pemain untuk NGENEST ini. 
Dan memang filmnya sendiri sangat menarik karena mencoba bercerita tentang sosok Ernest dari masa kanak-kanak hingga berkeluarga. Hampir sepanjang film kita disuguhkan lawakan dan komedian yang segar , meskipun ada beberapa bagian yang terkesan 'menyentil' plus 'frontal' namun dipaparkan dengan halus dan cerdas . 
Dan NGENEST coba berbicara jujur tentang realita yang ada di negara kita , mulai dari kaum minoritas Cina yang masih menjadi bahan ejekan , bullying , sisi seksualitas bahkan sampai hal tabu seperti kondom. 


Tantangan bagi Ernest Prakasa dalam membuat film NGENEST mungkin lebih kepemangkasan dari apa yang ada dibukunya mengingat NGENEST : Ngetawain A la Ernest merupakan trilogi , dan ternyata itu semua sukses diangkat untuk versi layar lebarnya dengan durasi kurang lebih satu setengah jam .
Dari segi acting para pemainnya, Ernest masih menyuguhkan humor yang segar dan jenaka , chemistrynya menjadi sahabat dari Morgan Oey juga berasa mengingat keduanya pernah terlibat dalam satu project film Assalamualakum Beijing (2014) arahan Guntur Soeharjanto.
Lala Karmela meski selama ini dikenal sebagai penyanyi, coba mencicipi dunia beracting dan hasilnya kehadirannya di film NGENEST ini cukup memberi warna meski perannya yang tidak terlelu menantang .
Lalu ada para pemain pendukung seperti Kevin Anggara,Brendan Salim,Ferry Salim,Olga Lydia,dan Fitria Sechan. Serta kehadiran para komik seperti Ge Pamungkas,Fico Fachriza,Arie Kriting, dan masih banyak lagi.
Soundtracknya diisi oleh The Overtunes dengan track handalannya "MUNGKIN".



So, 30 Desember 2015 gak ada salahnya buat kita NGETAWAIN HIDUP !!

Rabu, 23 Desember 2015

TALAK 3 : ROMCOM FRESH DI AWAL 2016

Jakarta, 23 Desember 2015
Bertempat di gedung MD Pictures, Jalan Setiabudi Selatan No.7, kembali saya bersama KOPI 
(Koalisi Online Pesona Indonesia) yang semakin solid mendapatkan sebuah undangan mini conference yang cukup terbatas untuk kumpulan para blogger/aktif sosmed bersama Karan Mahtani produser dari production house MD Pictures , Vino G Bastian , dan Hanung Bramantyo.
Merupakan sebuah kebanggaan karena KOPI mendapatkan moment eksklusif untuk pertama kalinya mengupas lebih intim mengenai film awal tahun dari MD Pictures yang dari segi judulnya saja cukup menggelitik , Talak 3.


Talak 3 (Talak Tiga) merupakan film Indonesia yang disutradarai oleh duet Ismail Basbeth 
(Another Trip to the Moon-2015 , Mencari Hilal-2015) dan Hanung Bramantyo (Soekarno:Indonesia Merdeka-2013,Hijab-2015), sedangkan naskah ceritanya sendiri dipercayakan kepada Bagus Bramanti (Mencari Hilal-2015) bersama Salman Aristo (Ayat-Ayat Cinta-2008,Laskar Pelangi-2008,Sang Penari-2011).

Untuk genre dari filmnya sendiri lebih ke romantis-komedi yang mana untuk pertama kalinya nama bintang besar tanah air seperti Laudya C Bella, Vino G Bastian, dan Reza Rahadian dipertemukan dalam satu frame . Sedangkan untuk rumah produksi yang akan mendistributorkan film Talak 3 ini tak tanggung-tanggung dipegang oleh nama besar MD Pictures yang telah sukses dengan Ayat-Ayat Cinta (2008) , Habibie & Ainun (2012), dan  Surga Yang Tak Dirindukan (2015).

"Film Talak 3 merupakan sebuah komedi yang berbeda dari film-film yang pernah dibuat oleh MD " ungkap Karan mengawali diskusi untuk project terbarunya ini. Karan memastikan film ini nantinya akan menyampaikan sebuah pesan yang baik , mengajak penonton untuk tau apa arti sebenarnya dari Talak 3, yang tak jauh ungkapan itu dari realitas kehidupan masyarakat kita, khususnya bagi yang bergama Islam . Akan tetapi film ini sama sekali tidak dikhususkan untuk muslim saja , semua agama bisa menikmati film ini karena Talak 3 yang tidak jauh dari kesan Perceraian tentunya juga ada di agama-agama lainnya.


Lalu akankah film Talak 3 selain menyuguhkan romcom yang segar juga akan menyelipkan unsur agama yang kental ? Maka Hanung menjawab "Talak 3 pure komedi romantis , meski ditampilkan Bella dengan hijab modernnya di poster, itu semua sebagai penggambaran bahwasanya 'hijab' seperti identitas wanita mayoritas di negara kita" . Hanung menambahkan bahwa kerjasamanya bersama Basbeth tetap pada porsi yang sama dari segi directing , tidak ada pembagian tugas diantara keduanya dalam proses pengerjaan Talak 3 yang mengambil sebagian besar lokasi syuting di Yogyakarta. Hanung kembali mengatakan "Talak 3 memiliki pesan untuk para lelaki agar tidak dengan gampang mengucapkan Talak 3 entah itu saat emosi atau dalam situasi apapun kepada perempuan" .

Untuk Vino G Bastian sendiri film Talak 3 merupakan reuni bagi dirinya bersama Hanung setelah sepuluh tahun lamanya , sejak kerjasama keduanya dalam Catatan Akhir Sekolah (2005).
Ditanya bagaimana chemistrynya bersama Bella difilm ini , Vino pun menjawab dengan suara serak khasnya "chemistry saya disini lebih ke Love Hate bersama Bella , karena di Talak 3 ini karakter Bagas dan Risa sudah bukan pasangan yang dalam proses cinta-cintaan , tetapi sudah menikah dan bercerai". Vino sangat senang bisa mendapatkan peran Bagas yang diberikan oleh Hanung -Basbeth yang tadinya peran yang dimainkannya itu sempat dipertimbangkan untuk Reza Rahadian.


Film TALAK 3 akan direlease 4 Februari 2016 yang momentnya bertepatan dengan bulan kasih sayang , berharap nantinya menjadi film yang nantinya tidak sekedar memberikan canda tawa saja tetapi ada pesan cinta yang ingin disampaikan .

SINOPSIS TALAK 3

Setelah resmi beberapa bulan bercerai, rumah kredit bersama yang dimiliki Bagas (Vino G Bastian) dan Risa (Laudya C Bella) terancam akan disita bank. 
Mereka berdua dengan terpaksa harus bersama - sama mengerjakan sebuah project besar yang hasilnya bisa menyelamatkan kondisi keuangan mereka berdua. 
Masalahnya,pekerjaan mereka berdua menuntut keduanya harus bersama.Dalam proses pengerjaan project tersebut,muncul kembali benih-benih cinta diantara Bagas dan RisaAkhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali.
Tapi persoalan menjadi rumit karena Bagas telah menjatuhkan Talak 3 kepada Risa. 
Hukum Talak 3 mengharuskan jika pasangan mau rujuk, harus melalui Muhalil, yaitu seorang laki-laki yang menikahi pihak perempuan kemudian bercerai. Untuk memuluskan niat mereka, Bagas mencoba mengakali aturan dengan cara mencari suami kontrak untuk Risa. 
Dalam proses pencarian suami kontrak untuk Risa, mereka bertemu dengan berbagai macam karakter yang kocak dan otomatis menemui berbagai kejadian lucu.
Akhirnya pilihan jatuh pada Bimo (Reza Rahadian),teman masa kecil Bagas dan Risa yang dianggap baik dan bertanggung jawab.Dalam proses merencanakan pernikahan Risa dan Bimo,terungkap kalau Bimo telah menyimpan rasa cinta kepada Risa sejak lama.Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta Bagas, Risa dan Bimo? 
Ingat, 4 FEBRUARI 2016 catat tanggal mainnya ya !

Check trailer disini : https://youtu.be/gmNHRCcNIbI

Selasa, 15 Desember 2015

MOVIE REVIEW - BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (2015)


Jakarta,15 Desember 2015
Bertempat di Epicentrum XXI ,Jl. H.R.Rasuna Said-Jakarta Selatan,
saya bersama para teman blogger yang tergabung dalam KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia) akhirnya mendapatkan kesempatan berharga menyaksikan untuk pertama kali  film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (BTDLA) sebelum diputar luas dibioskop 17 Desember 2015 mendatang .
Sutradara Rizal Mantovani , penulis sekaligus produser Hanum Salsabiella Rais serta Rangga Almahendra hadir dalam sukacita menyambut karya terbaru mereka . Tampak cast dan crewnya ikut hadir mulai dari Acha Septriasa , Abimana Aryasatya , Nino Fernandez . Hannah Al Rashid , Rianti Catwright, Hans de Kraker , para pengisi soundtrack Ridho Rhoma , Fazura , Arkana Band , Andini serta para tamu undangan dari kalangan selebriti , pejabat dengan kehadiran Amien Rais ayahanda dari Hanum, Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) , dan tentunya sineas perfilman Indonesia ada sutradara Anggy Umbara sampai Joko Anwar .

Rangga dan Hanum saat memperkenalkan cover film untuk buku BTDLA


Rizal Mantovani - Sutradara BTDLA

BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA : KETIKA BULAN YANG TERPISAH MEMINTA UNTUK DIPERSATUKAN



Directed                    : Rizal Mantovani
Producer                   : Yoen K , Ody Mulya Hidayat
Associate Producer : Hanum Rais , Rangga Almahendra
Cast                            : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya , Rianti Catwright , 
                                      Nino Fernandez,Hannah Al Rashid , Hans de Kraker, Hailey Franco

Sebagai pembuka, cerita menyorot pagi di Kota New York 2001..
Berlanjut ke dialog Hanum Rais (Acha Septriasa)
'Ini adalah kisah yang diminta rembulan .. 
Menyatukan belahan bulan yang terpisah , menyerukan bahwa tanpa islam , dunia akan haus kedamaian'

Gertrud (Goergia) memberi tugas Hanum untuk membuat sebuah artikel WOULD THE WORLD BE BETTER WITHOUT ISLAM ? dan terjun langsung ke Amerika untuk mencari narasumber yang merupakan saksi tragedi kemanusiaan 9/11 . Di sisi lain Rangga Almahendra (Abimana Aryasatya) mendapatkan tugas untuk menemui Phillipus Brown (Hans Kraker) seorang warga negara Amerika yang kaya raya dengan julukan The Power Of  Giving' oleh Prof.Rainhard (Gys) . Takdir membawa keduanya untuk melaksanakan tugas masing-masing tanpa mengetahui apakah semuanya faktor ketidaksengajaan atau takdir punya sebuah rencana didalamnya.

Sesampai di Amerika , Hanum dan Rangga menempati rumah milik Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rashid) di Brooklyn. Tak perlu waktu lama , Hanum langsung mencari narasumber yang dibutuhkannya , Azima Hussein (Rianti Catwright) dan putrinya Sarah Hussein (Hailey Franco) , akan tetapi hanya penolakan yang didapatkannya . Sedangkan Rangga terus mengejar Brown, segala cara dilakukannya bersama Stefan demi menarik perhatian sang milyuner tersebut hingga terangkailah sebuah cerita dimana satu sama lain nantinya saling bertaut, permintaan bulan yang terbelah untuk perlahan minta dipersatukan.

Setelah September yang lalu merelease Where is My Romeo (2015). dipenghujung tahun ini Maxima Pictures mempersembahkan genre drama-religi yang diangkat berdasarkan novel laris karangan Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra bertajuk Bulan Terbelah Di Langit Amerika (BTDLA) , tentunya ini bukan kali pertama pihak rumah produksi berkerjasama dengan Hanum-Rangga karena sebelumnya berhasil meraup jumlah penonton lewat 99 Cahaya Di Langit Amerika (2013). Rizal Mantovani didapuk sebagai sutradara yang untuk proses pengambilan gambar dilakukan di negara Amerika Serikat.
Film ini merupakan pembuktian bahwasanya film Indonesia bisa juga dibuat dengan citarasa Hollywood, bukan hanya menjual kutipan 'AMERIKA' trus bangga dengan lokasi syutingnya yang bila menilik dari segi budget cukup terbilang fantastis ,  akan tetapi ada sebuah pesan perdamaian ingin disampaikan lewat film ini yang sekiranya ingin menyentuh penonton yang tidak hanya di Indonesia , tetapi Dunia.

Dari segi visualisasi dan cinematographynya film ini yang termasuk jempolan karena Rizal yang pernah sukses mengangkat 5cm (2012) dan Supernova (2014) selalu juara mengambil angle terbaik disetiap film-filmnya , dirinya sangat pandai untuk mengambil angle terbaik dari kota New York mulai dari jalanan dikota-kota besarnya , Jembatan Brookyln , sampai Times Square.
Sekilas bila memperhatikan set lokasi yang diambil team produksi bersama Rizal Mantovani sendiri mengingatkan kita dengan film My Name Is Khan (2010), rumah yang ditinggali Stefan difilm ini sama persis dengan Zakir Khan (Jimmy Shergill), adik dari Rizwan Khan (diperankan oleh Shahrukh Khan). Untuk tata kostum pemainnya meski terbilang modern sekali untuk setting tahun 2009, tetap salut dengan penata kostumnya dipercayakan kepada Aldie Harra yang pernah terlibat untuk Hari Ini Pasti Menang (2013) dan Air Terjun Pengantin Phuket (2013).
Dan untuk ceritanya sendiri mungkin BTDLA bisa dibilang berbeda dengan versi bukunya meski sama sekali tidak menghilangkan esensi dari apa yang disampaikan oleh bukunya sendiri, tentunya untuk yang menyukai oleh apa yang ditulis oleh Hanum-Rangga di bukunya sebaiknya untuk menurunkan sedikit ekspektasi atas filmnya karena memang selama ini sebuah adaptasi akan berbeda apabila diangkat kesebuah media yang dinamakan film .
Banyak improvisasi yang dilakukan Rizal ,seperti karakter dari seorang Stefan yang cukup dominan di BTDLA ini serta salah satu scene dimana Hanum terjatuh lalu dibantu oleh Biarawati .

Acha Septriasa ramah menyapa Penggemar
Dari segi acting para pemainnya , Acha Septriasa bisa dibilang tampil prima diantara jajaran cast lainnya , selain menggunakan hijab dirinya tampil total dengan pendalaman karakter Hanum Rais yang menjelma didalam dirinya sepanjang film sukses mengaduk emosi penonton . Chemistrynya masih cukup mempunyai nyawa bersama Abimana Aryasatya meskipun Abi sendiri disini actingnya tidak yang terlalu membutuhkan tantangan , masih sosok Rangga yang gemar ngayomin istri dan menceremahi Stefan. Sedangkan karakter Stefan sendiri yang masih diperankan oleh Nino Fernandez bisa dibilang cukup menjadi 'iceberg' sepanjang film karena joke yang disampaikannya cukup mampu mencairkan suasana. Lalu ada Hanna Al Rashid yang beberapa waktu yang lalu ambil bagian untuk Skakmat (2015) dengan peran germo yang jago melakukan adegan fight , disini dirinya tampil sebagai karakter protagonis yang ceria dan dingin, itupun sukses dimainkan dengan baik oleh Hannah. Film ini juga melibatkan beberapa aktor berwajah luar negeri seperti Hailey Franco, Nur Fazura, Yaron Urbas, Jennifer Lepas , Ray Reynolds, dan Hans de Kraker.

Pemeran Anna Jones dan Ibrahim Hussein

Secara keseluruhan BTDLA adalah film yang wajib dijadikan tontonan bersama keluarga karena sarat akan pesan positif didalamnya , istilah Ketika Bulan Yang Terpisah Meminta Untuk Dipersatukan merupakan kiasan yang jawabannya akan didapat setelah menonton film ini .

Overall - 3/5 


Senin, 14 Desember 2015

MENYOROT SEORANG HANUM RAIS
DARI DUNIA TELEVISI HINGGA MENJADI PENULIS SUKSES



Beberapa waktu yang lalu saya dan KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia) berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu cast Bulan Terbelah Di Langit Amerika (BTDLA) yakni Acha Septriasa dan executive produsernya Yoen K , maka dikesempatan kali ini diundanglah Hanum Salsabiela Rais penulis dari 99 Cahaya Di Langit Eropa dan BTDLA untuk berbagi cerita mengenai bukunya yang kembali diangkat kelayar lebar .

BTDLA ini sendiri digarap oleh Maxima Pictures dan mempercayakan Rizal Mantovani sebagai sutradaranya dengan pemilihan pemain seperti Acha Septriasa, Abimana Aryasatya , Nino Fernandez , Rianti Catwright, dan Hanna Al Rashid. Setelah membicarakan BTDLA dari sudut pandang pekerja seni dan pembuat film , maka kali ini perbincangan yang berlangsung secara hangat dan santai di Gedung Kabarindo (basecamp KOPI) Lt.12 meskipun singkat tapi informasi yang didapat sangatlah berisi .

Hanum Rais, wanita kelahiran 33 tahun silam dari pasangan Amien Rais (mantan ketua MPR RI KE-11) dan Kusnasriyati Sri Rahayu ini merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Hanum menceritakan bahwasanya dirinya sudah tertarik di dunia pertelevisian sejak SMA karena melihat jejak sang ayah di dunia politik .
Keberaniannya untuk menjajal karir dunia pertelevisian terwujud 
"Saat saya menunggu PTT dari Kemenkes, Rangga yang pada waktu itu masih berstatus pacar mencoba memasukkan saya ke salah satu stasiun televisi" pungkasnya , mulailah Hanum fokus dengan karirnya sebagai presenter di Trans TV sekaligus gelar Dokter Gigi yang disandangnya sampai sekarang . 


Lalu kapan muncul minatnya untuk menjadi penulis?
Saat dirinya menikahi Rangga Almahendra dan keluar untuk sementara dari dunia pertelevisian lalu hijrah ke Eropa,tepatnya Wina . Disana sambil mengisi kekosongan aktivitasnya dimana Rangga sibuk bersama dosennya , Hanum membuat tulisan yang membawanya untuk menyelesaikan buku 99 Cahaya Di Langit Eropa .
"99 Cahaya Di Langit Eropa itu pengerjaannya 6 bulan , dari awal Januari 2011 sampai bulan Juni" pungkas Hanum dengan menyelipkan senyuman ramahnya

Tentang Bulan Terbelah Di Langit Amerika (BTDLA) Hanum bersemangat untuk membagikan kesannya terhadap bukunya yang kembali diangkat kelayar lebar .
"Kebetulan semalam saya, suami (Rangga Almahendra) dan Editor abis preview filmnya dan puas dengan hasilnya" ungkap Hanum memberikan sedikit bocoran.
Hanum sendiri sangat setuju bahwasanya film ini lebih ke Ekstrimisphobia ketimbang harus disebut Islamophobia, karena untuk menghilangkan dogma negatif terhadap kaum muslim/pemeluk agama islam kebanyakan . 
Kembali ditanya mengenai hasil dari film ini dirinya sangat puas, serta senang sekali dengan talent dari para pemain terutama Acha Septriasa yang memerankan karakter dirinya. Harapannya penonton kita bisa menyukai apa yang disampaikan oleh film Bulan Terbelah Di Langit Amerika ini nantinya saat release 17 Desember 2015 mendatang.


Penutup perbincangan segar dengan durasi singkat, Hanum berjanji akan menjamu para blogger apabila berkesempatan untuk menjadi tamu di ADiTV stasin televisi yang dikelolanya dengan program bernuansa Islami.
Tak lupa Hanum juga memberikan cendramata berupa buku terbarunya yang berjudul Faith and The City yang diterima secara simbolik oleh Kak Bhayu dan Kak Arul.



Selasa, 08 Desember 2015

UNFORGETTABLE MOMENT IN KOTA KASABLANKA


Membicarakan tentang shopping , siapa yang tidak menggemari hobby satu ini ?
Entah wanita maupun pria pastinya akan melakukan rutinitas berbelanja segala kebutuhan yang diperlukan , berapapun untuk urusan harga, branded , sekedar mengincar diskon bahkan sampai midnight sale sekalipun.
Dan unforgettable moment atau bahasa kekiniannya "moment tak terlupakan" tahun ini saat menjajal Midnight Sale menjelang Lebaran ke Kota Kasablanka.

Kota Kasablanka merupakan salah satu pusat perbelanjaan/mall yang berada diselatan Jakarta, tepatnya berada dikawasan Kasablanka. Posisinya sangat strategis karena bisa ditempuh dari arah timur Senen-Kampung Melayu atau Mega Kuningan .
Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya saya pribadi mengunjungi mall yang masuk kedalam Pakuwon Group ini , kebetulan momentnya menyambut lebaran dan memang semua pusat perbelanjaan membandrol gerainya dengan iming diskon besar-besaran up 70%, akhirnya pilihan tepat ialah Kota Kasablanka.

Midnight Sale dimulai jam 20.00 WIB, tapi warga Jakarta yang siap berburu barang yang menjadi incarannya selalu datang lebih awal tak terkecuali saya pribadi bersama salah satu sahabat yang 'shopaholic'.
Posisi sesak memang harus dimaklumi karena ramainya umat , tapi yang asyiknya berbelanja di Kota Kasablanka pihak keamanannya yang sigap mampu mengatur acara midnight sale tersebut agar tetap terkondisi dan tidak saling sikut satu sama lain.
Dari stand pakaian , underwear, parfume hingga berlabuhlah di toko sepatu , maka disinilah salah satu moment yang mungkin sangat berbekas saat berbelanja di Kota Kasablanka . 
Saking berebut sepatu merk PEDRO dengan pembeli yang lainnya , saya sampai mengabaikan warna pasangan dari sepatu yang akan saya beli . Dengan senyum penuh kemenangan saya membayar kekasir barang yang saya sudah terima , alhasil kondisi barang saya baru ngeh saat sudah sampai dirumah . 
Tanpa pikir panjang saya langsung memesan ojeg online untuk mengantarkan saya kembali ke Kota Kasablanka meskipun pada saat itu tinggal sepersekian menit Mall akan ditutup.
Ya, itu tadi karena management mall yang baik plus ramah saya dipersilahkan untuk dantarkan ke toko sepatu dimana saya membelinya , memproses kembali kekeliruan yang saya alami karena salah ambil pasangan sepatu dan semuanya ditunggu tanpa tergesa-gesa .
Bahkan saya mengingat ucapan dari petugas mall "sabar saja mas,mall bisa menunggu asal semuanya bisa diselesaikan" tukas petugas yang saya lupa dengan namanya .




Pokoknya dengan tempat berbelanja yang cozy ditambah management yang sangat baik, sampai sekarang saya tidak pernah yang melewatkan segala event yang diadakan oleh Kota Kasablanka.
Hobby saya menonton filmpun selalu memilih Kota Kasablanka XXI karena terkadang ada event filmnya seperti yang baru-baru ini "The Good Dinosaur".
Dan saya setuju sekali dengan slogan untuk Kota Kasablanka " LIGHT OF YOUR COLOUR LIFE" .

Minggu, 06 Desember 2015

FAITH AND THE CITY
PERGULATAN ANTARA SEBUAH CITA-CITA DAN RUMAH TANGGA

"I faith in you. And I am sure you also have faith in me. But this city..."

Jakarta,6 Desember 2015
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra kembali dengan buku kelimanya yang diberi judul Faith and The City (2015) , sebuah buku yang ceritanya terkoneksi bersama buku sebelumnya 99 Cahaya Di Langit Eropa (2013) dan Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2014). 


Tak ada yang mengetahui bahwa setelah malam Hero of The Year di Baird Auditorium,Smithsonian,DC, dimana Hanum dan Rangga bisa menghadirkan Azima Hussein bersama milyuner kaya raya Phillipus Brown dihadapan media luas, menggoreskan takdir keduanya untuk tetap tinggal di Amerika.
Tawaran menghampiri Hanum oleh seorang idola sekaligus panutannya,Andy Cooper. Siapa yang bisa menolak sisi kharismatik Cooper dan Hanum luluh untuk mencoba menerima tawaran magang di GNTV, itupun membujuk setengah mati Getrude di Wina serta Rangga suaminya agar mendapatkan izin yang sama oleh dosen Rainhard.
Hanum ditugaskan oleh Cooper mebuat sebuah acara Insights Muslim yang programnya mengulik bagaimana kehidupan seorang muslim bersama keluarganya di negara Adidaya ini, dan Hanum sendiri harus berkerjasama dengan pemuda "setengah matang kepribadiannya" bernama Sam .
Pelan-pelan Hanum mengetahui karakter dari seorang Cooper yang hanya mengincar share dan rating, semua karyawannya yang diperkejakan diperah waktu dan keringatnya demi ambisinya .
Episode kehidupan muslim bernama Iqbal Fareed sama sekali tidak membuatnya puas hingga menginginkan  sesuatu yang lebih dramatis lagi ditambah jumlah penonton yang menyaksikan channel GNTV harus berada diposisi teratas, itu semua tugas Hanum dan Sam bersama teamnya.
Sedangkan Rangga , dirinya seolah merasa sendiri dan luput dari perhatian istri tercinta. Menghabiskan waktunya di musium milik Brown ,sesekali berbincang ringan bersama Layla Brown atau berkeluh kesah dengan Azima. Ranggapun mulai merangkai sebuah tulisan untuk buku selanjutnya , dan cerita Azima tentang seorang bernama Rodrigo yang berkorban demi wanita kesayangannya Isabella adalah inspirasi sekaligus tragis yang dirasakannya sama sekali kondisinya saat ini , diabaikan Hanum.
Rating dari Insights Muslim dengan selipan ide Hanum untuk realty show "My Friend is A Good Muslim?" semakin meroket, pundi-pundi dollarpun mengalir kerekeningnya tanpa henti. Terlebih episode Zakiyah dan anaknya Yahya berhasil membuat jutaan bola mata untuk menyaksikan program yang dipegangnya meskipun harus dengan menjual air mata.
Cooper semakin menggila, dirinya ingin lebih , Hanum diminta menghadirkan kembali Azima dan Brown meski dirinya sendiripun tau kalau kedua tamu yang dikenal seantero Amerika ini menolak dengan telak.
Yang ada dipikiran Hanum hanya bagaimana cita-citanya terwujud dan mendapatkan sertifikat pengakuan di stasiun tv kenamaan Amerika dengan menyebarkan misi kebaikan dengan membawa agamanya Islam, dan melobby Azima dan Brown adalah pencapaiannya., Sedangkan disisi lain rumah tangganya sedang diuji, jarak antara Hanum dan Rangga semakin jauh dan pertengkarannya saat Hanum meninggalkannya distasiun kereta api lebih memilih pesan singkat yang masuk ke handphone ketimbang makan malam yang dipersiapkan suami tercintanya adalah puncak dimana rumah tangga keduanya sedang dipertaruhkan.
Berhasilkah Hanum untuk menyelesaikan tugasnya selama di New York demi cita-citanya ? 
Akankah Rangga akan meninggalkan Hanum ?
Maukah Azima dan Brown untuk didatangkan ke program Insights Muslim?
Semua jawaban itu akan bermuara di Faith and The City.



Buku Faith and The City ini berhasil memainkan emosi pembaca, tentunya bagi yang sudah mengenal gaya penulisan dari Hanum Salsabiela dan Rangga Mahendra akan tetap enjoy menikmati cerita yang ingin disampaikan buku ini dan menyelami isi ceritanya dengan mudah .
Faith and The City masih menyelipkan fiksi dengan pengalaman kedua penulis yang merupakan sepasang suami istri dalam menjelajahi belahan dunia. Banyak sekali kejutan demi kejutan yang disampaikan Faith and The City, bahkan ada satu halaman yang bila dirasakan dengan emosi akan berhasil menderaikan air mata  Buku ini diterbitkan 12 Desember 2015 mendatang bersamaan dengan menyambut film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015) , tidak menutup kemungkinan Faith and The City ini nantinya akan diangkat kelayar lebar.

4/5 Recomended

Sabtu, 05 Desember 2015

BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

SEBUAH FILM TENTANG ISLAMOPHOBIA , TRAGEDI KEMANUSIAAN,
TANPA TUJUAN MENGGURUI



Kamis, 3 Desember 2015
Saya berkesempatan untuk pertama kalinya mengikuti NGOPI (NGObrol Online Pesona Indonesia) yang diadakan oleh KOPI (Komunitas Online Pesona Indonesia) di Kantor Kabarindo,Gedung Sarinah Lantai 12. Acara yang dihadiri oleh komunitas blogger (anggota KOPI),forum film dan gadgetholic ini berlangsung dengan keakraban satu sama lain serta untuk pembahasan kali ini tentang Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Hadir sebagai narasumber Acha Septriasa (Actress, 99 Cahaya Di Langit Eropa) yang banyak membeberkan proses berlangsungnya syuting, kesan-kesan selama syuting ,serta bagaimana cerita dari filmnya bersama Yoen K (Excecutive Produser,Maxima Pictures).

Bulan Terbelah Di Langit Amerika bisa dibilang adalah sequel 99 Cahaya Di Langit Eropa (2013-2014), dimana Hanum Salsabiela (Acha Septriasa) ditugaskan oleh kantor beritanya di Wina, Austria , yakni untuk menyorot muslim di Amerika pasca tragedi kemanusiaan 9/11 dan mengulik artikel "Apakah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam?" . Disaat yang bersamaan Rangga Mahendra (Abimana Aryasatya) juga mendapatkan tugas dari Rainhard untuk memewancarai seorang milyuner demi melengkapi persyaratan S3nya. Maka dimulailah petualangan keduanya dari Eropa ke Amerika, menemui karakter baru seperti penjaga musseum Azima Hussein (Rianti Catwright) yang suaminya tewas saat peristiwa World Trade Centre, Hanum juga tanpa sengaja menerima video anaknya Sarah Hussein (Hailey Franco). Serta ada Stefan (Nino Fernandez) yang membantu Rangga sekaligus menemui kekasihnya Jasmine (Hanna Al Rashid).
Malang tak dapat ditolak,mujur tak dapat diraih keduanya banyak menemui segala halangan bahkan saat adanya demonstrasi besar-besaran peringatan sewindu tragedi kemanusiaan tersebut.
Akankah Hanum dan Rangga berhasil untuk menyelesaikan tugas masing-masing? jawabannya hanya ada di Bulan Terbelah di Langit Amerika.

Bagi Acha Septriasa sendiri tidak ada kesulitan untuknya beradaptasi dengan peralihan sutradara dari Guntur Soeharjanto (99 Cahaya Di Langit Eropa,Tampan Tailor) ke Rizal Mantovani (Supernova,5cm) karena keduanya sama-sama mengarahkan pemain dengan sangat baik terlebih untuk Bulan Terbelah Di Langit Amerika ini Rizal memberikan kebebasan kepada seluruh pemainnya mengexplore peran masing-masing.
Proses syutingnya sendiri memakan waktu hampir 45 hari dengan membawa team hampir 20an , dan semuanya  menempati tempat tinggal yang nyaman di Middle Village, New York.
Yoen K menambahkan untuk pengambilan gambarnya sendiri pihak rumah produksi Maxima Pictures jelas mendapatkan izin syuting , bahkan polisi setempat NYPD membantu demi kelancaran proses syuting.
Bulan Terbelah Di Langit Amerika ini juga merupakan film dengan budget termahal sepanjang sejarah Maxima Pictures sendiri berdiri, dimulai dari Cinta Pertama (2006) sampai LDR (2015).

Untuk pendalaman karakternya Acha Septriasa dan Abimana hanya melakukan observasi tentang bagaimana menjadi WNA sekaligus muslim yang tinggal di negara Islamophobia, selebihnya untuk berperan keduanya diberikan kebebasan bagaimana memainkan tokoh Hanum dan Rangga tanpa menjiplak atau memunculkan image tokoh aslinya. Acha Septriasa sendiri menirukan apa yang dikatakan oleh ayahanda Hanum, Bapak Amien Rais (setelah melihat actingnya di 99 Cahaya Di Langit Eropa) " Kamu dan Abi (abimana) , lama-lama mirip sekali dengan anak saya dan Rangga".

Meski trailernya sendiri menekankan bagaimana Islamophobia, tapi film ini nantinya sama sekali tidak akan menyudutkan umat islam . Segala yang ada dinovelnya akan divisualisasikan dengan apa adanya tanpa ada sesuatu yang dilebih-lebihkan bahkan film ini tidak akan yang menggurui .
Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika akan release serentak di bioskop tanah air mulai 17 Desember 2015 dan berharap nantinya bisa menjadi film yang memotivasi generasi "kekinian" untuk bisa saling mempererat hubungan antar umat beragama, sesama bahkan antarbangsa.